Mahasiswa Pertanian Universitas Brawijaya Buat Pakan Ikan Berbahan Sampah Sayuran

PERAWI, Malang — Pagi hari di awal tahun 2023. Arin Khurota A’yun yang sedang menikmati liburan kuliah tercenung saat melihat gunungan sampah sawi dan sayuran lain di tepi jalan Pasar Yosowilangun.
Pasar tradisional itu berada di wilayah Desa Yosowilangun Lor, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.
Petugas kebersihan biasanya mengumpulkan sampah-sampah itu saat siang dan sorenya diangkut untuk dibuang ke Pasar Krai, masih dalam wilayah kecamatan yang sama. Kedua pasar terpisah jarak sekitar 6 kilometer.
“Sampah-sampahnya dibuang ke sana dan dibiarkan membusuk begitu saja. Kalau beruntung, biasanya diambil orang untuk pakan ternak, seperti sapi dan kambing,” kata Arin kepada Perawi, Selasa, 21 Januari 2025.
Arin warga Desa Padomasan, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jember. Desa Padomasan berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Yosowilangun, tepatnya di timur Kabupaten Lumajang.
Gadis kelahiran Juli 2001 itu baru saja lulus kuliah dari Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Malang, dengan masa studi 7 semester. Arin belum diwisuda.
Masalah sampah yang dilihatnya di Yosowilangun juga terjadi di kampungnya. Kecamatan Jombang belum memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) atau landfill. Masyarakat masih terbiasa membuang sampah di bantaran sungai maupun bantaran jalan yang dekat dengan persawahan seperti di wilayah Desa Sarimulyo.
Baca juga: Modernisasi TPA Supiturang Kota Malang Dipuji Menteri Pekerjaan Umum
Sampah-sampah di Yosowilangun dan kampungnya membuat Arin galau hingga pada satu hari dia merenung lama di tepi tambak ikan milik orangtuanya.
Renungan itu melahirkan ide untuk mengolah sampah-sampah sayuran jadi pakan ikan ramah lingkungan dan bernutrisi tinggi yang diproduksi melalui proses fermentasi limbah makanan, yang nantinya diberi nama Vitoma.

Mendirikan Perusahaan
Arin bercerita, ide membuat Vitoma sebenarnya cukup aneh karena terinspirasi dari kegemaran ikan di sungai yang memakan kotoran manusia atau tinja. Tinja berasal dari proses fermentasi oleh bakteri dalam usus manusia.
Kemudian muncul ide untuk memanfaatkan limbah sayur dengan proses fermentasi bakteri probiotik sebagai pakan ikan untuk keperluan bisnis pribadi hingga berkembang ke tahap komersialisasi lewat PT Angphot Orion Indonesia.
Arin mendirikan PT Angphot Orion Indonesia alias Angphot bersama lima rekannya, yakni Ariq Ihza Rafi A, Rio Maulana Putra, Jihan Fahira, David J. Prasetyo, Muhammad Harun Rasyid. Semua pendiri kawan kuliah Arin.
“Angphot resmi berdiri pada Februari 2023 bersama lima orang pendiri. Tapi saat ini hanya ada dua orang yang membersamai sebagai C-level atau level eksektutif,” kata Arin.
Angphot resmi terdaftar di laman web Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (AHU) pada 4 Februari 2023, dengan nomor registrasi AHU-039665.AH.01.30.Tahun 2024. Sebagai pendiri, Arin merangkap jabatan chief executive officer atau CEO.
Pada dasarnya, istilah CEO tidak dikenal dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Namun, dalam praktiknya, posisi CEO sering dipakai untuk menunjuk jabatan manajerial tertinggi seperti presiden direktur atau direktur utama, yang dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas disebut direksi.
Baca juga: UMM Jadi Kampus Paling Hijau dan Lestari di Malang
Meski masih “anak bawang”, Arin bersama Angphot sudah membukukan beberapa pencapaian yang signifikan di dalam dan luar Indonesia.
Sebagai contoh, Angphot mendapat pendanaan sebesar Rp 300 juta dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Desember 2024 melalui skema pendanaan Riset Inovasi untuk Indonesia Maju untuk Perusahaan Pemula Berbasis Riset (RIIM-PPBR/RIIM-Startup) gelombang ketiga.
Pada gelombang III, hanya ada empat perusahaan pemula yang lolos dari 97 proposal yang diseleksi. Tiga perusahaan pemula lainnya berasal dari Padang, Surabaya, dan Bali. Pendanaan dari BRIN diberikan melalui dua termin, dengan target pencapaian yang harus dipenuhi oleh masing-masing perusahaan yang lolos.
“Baru Desember kemarin diumumkan startup yang lolos pendanaan. Tapi kami masuk tahap pra-inkubasi dahulu sekitar 2-6 bulan, bergantung kesiapan startup, lalu masuk masa inkubasi atau masa pendanaan,” ujar Arin.
Sebelumnya, PT Angphot Orion Indonesia mencetak tiga prestasi tingkat nasional dan mecatatkan pencapaian tingkat internasional.
Di Indonesia, Arin dan kawan-kawan masuk 10 besar Pertamuda 2024: Seed and Scale for Startup in Indonesia pada 18–22 November 2024. Pertamuda adalah kompetisi ide bisnis mahasiswa terbesar di Indonesia yang diselenggarakan PT Pertamina.
Pertamuda tahun lalu dibuka 15 Agustus 2024 dan per 21 Oktober 2024 tercatat sebanyak 3.245 mahasiswa dari 696 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia ikut menjadi peserta.
Selain itu, Angphot menjadi juara kedua pada ajang UTU Awards 2024 di Meulaboh (Ibu Kota Kabupaten Aceh Barat), Provinsi Aceh Nanggroe Darussalam, untuk kategori penyusunan rencana bisnis perusahaan pemula.
UTU Awards adalah ajang kompetisi mahasiswa antar-perguruan tinggi yang diselenggarakan pertama kali pada 2015 oleh Universitas Teuku Umar, perguruan tinggi yang beralamat di Jalan Alue Peunyareng, Gunong Kleng, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat.
Penyelenggaraan UTU Awards bertujuan utama untuk menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan mahasiswa, serta untuk mengasah kreativitas, kemampuan berpikir kritis, berkolaborasi, dan memecahkan masalah.
Angphot juga menjadi juara kedua untuk kategori serupa di ajang UC Empower 2024 yang diadakan oleh Universitas Ciputra, Surabaya.
Di tingkat internasional, Angphot sempat mewakili Indonesia di ajang China International SME Fair and SME Innovation & Entrepreneurship Competition 2024 for ASEAN, Japan, & South Korea Chapter pada 15-16 November 2024 di Guangzhou, China.
Angphot menjadi finalis dalam Ecothon Startup Early Stage 2023–ASEAN Business Incubator yang berlangsung pada Juli-September 2023 dari ASEM Eco-Innovation Center (ASEIC), Seoul, Korea Selatan.
Di bawah merek atau jenama dagang Angphot-lah Arin dan kawan-kawan memproduksi berbagai produk ramah lingkungan berbahan dasar limbah atau sampah sayuran untuk kebutuhan agrikultur dan akuakultur.
Vitoma Jadi Produk Utama
Vitoma menjadi produk utama yang dijual Angphot. Pakan ikan ramah lingkungan ini diproduksi melalui proses fermentasi/pembusukan limbah makanan.
Prosesnya melibatkan penggunaan bakteri probiotik seperti Lactobacillus sp., Saccharomyces cerevisiae, Rhodopseudomonas sp., Bacillus sp., dan Actinomycetes.
Pengembangan ide pembuatan Vitoma dimulai pada Mei 2023. Arin dan kawan-kawan melakukan uji coba skala kecil menggunakan limbah makanan dari sekitar desanya.
Baca juga: Siswa SMA Ini Minta Presiden Prabowo Subianto Batasi Produksi Plastik
“Percobaan pertama menunjukkan kadar protein hanya 6 persen, jauh dari target 36 persen. Hal ini terjadi karena kami belum memiliki standar baku bahan baku. Namun, kami terus memperbaiki formula hingga menemukan komposisi yang tepat,” kata Arin.

Selain kesulitan menentukan kadar protein yang optimal, Arin dan kawan-kawan juga mendapat tantangan untuk memastikan bentuk pakan yang sempurna agar bisa mengapung di permukaan air hingga menguji daya hancurnya dalam air dalam hitungan jam.
Setelah melalui serangkaian trial and error, tim Angphot mengajukan Vitoma BRIN pada Agustus 2023 untuk mendapatkan pendanaan melalui program RIIM-PPBR.
Vitoma mempunyai beberapa keunggulan, antara lain mengurangi potensi pengasaman air, menjaga kejernihan air, dan memaksimalkan penyerapan nutrisi oleh ikan.
Keunggulan itu membuat Vitoma cocok diterapkan dalam sistem bioflok—sistem budidaya perairan terintegrasi yang mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme pada air kolam—secara langsung, serta tetap ramah terhadap lingkungan air dan ikan.
Baca juga: Wisata dan Belajar Konservasi Lingkungan di Hutan Lindung Kasinan Kota Batu
Angphot telah mempunyai fasilitas dan teknologi pendukung untuk meningkatkan produksi Vitoma, seperti mesin cetak pelet, mesin pelapisan (coating), dan mesin pengemasan.
Saat ini, kata Arin, Angphot telah menjalin kemitraan dengan jaringan petani ikan di wilayah pesisir Kecamatan Puger, Jember, serta menyusun skema pengumpulan sampah secara terpadu di pasar ikan Puger dan pasar tradisional Yosowilangun.
Menurut Arin, para mitra tidak hanya menjadi konsumen utama, tapi juga jadi lokasi uji coba produk Vitoma untuk membantu peningkatan hasil panen mereka dengan cara yang berkelanjutan.
Pengembangan awal Vitoma difokuskan pada pakan udang karena sifat pakan yang tenggelam lebih mudah dikembangkan dengan menggunakan mesin yang mereka punya. Namun, berkat pendanaan dari BRIN, Angphot dapat memperluas diferensiasi produk untuk beberapa jenis pakan ikan budidaya, termasuk lele, nila, dan gurami.
Vitoma dikemas dalam dua varian, yakni kemasan kecil 250 gram, serta kemasan besar 25 kilogram untuk udang dan kemasan 30 kilogram untuk ikan.
“Kami ingin menciptakan solusi bagi para peternak ikan yang membutuhkan pakan dengan harga murah dan berkualitas tinggi, sekaligus membantu sektor perikanan nasional dengan cara mengurangi limbah organik yang mencemari lingkungan, serta membantu masyarakat menangani sampah,” ujar Arin.
Saat ini, Vitoma dalam proses paten dan sertifikasi produk dari komposisi bahan baku sebelum dipasarkan secara luas.
Dengan dukungan BRIN, Arin dan kawan-kawan optimistis Vitoma dapat diterima pasar sehingga mereka makin bergiat untuk terus berinovasi dan memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
COPYRIGHT © PERAWI.CO 2025
One Comment