|

Banyak Warga Muhammadiyah Memandang Negatif Dunia Bisnis

Ketua PP Muhammadiyah Muhadjir Effendy. Foto dok. Humas UMM

PERAWI, Malang — Muhammadiyah menyadari pentingnya perubahan pola pikir atau mindset di tengah perkembangan pesat dunia bisnis atau usaha.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhadjir Effendy mengatakan, sebagai salah satu organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah mendorong perubahan dalam berbagai sektor, termasuk dunia usaha.

Masalahnya, banyak warga Muhammadiyah yang masih skeptis dan memandang negatif dunia usaha karena dipenuhi praktik kecurangan.

“Oleh karena itu, Muhammadiyah bertekad untuk mengubah cara pandang in dan menciptakan peluang bisnis yang mengutamakan etika bisnis, kejujuran, dan prinsip agama yang kuat sehingga dunia usaha bisa dipandang dan dipahami sebagai sarana yang menguntungkan dan membawa keberkahan bagi kita,” kata Muhadjir.

Hal itu ditegaskan Muhadjir Effendy dalam rapat koordinasi nasional (rakornas) bidang ekonomi PP Muhammadiyah yang dilaksanakan di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Rabu, 26 Februari 2025. Rakornas berlangsung sampai 27 Februari tahun yang sama.

Baca juga: PP Muhammadiyah Adakan Rakornas Penguatan Ekosistem Ekonomi Umat

Muhadjir mengatakan, konsep kapitalisme religius menjadi landasan utama Muhammadiyah dalam mengembangkan dan menjalankan bisnis maupun kegiatan ekonomi lainnya. Muhammadiyah ingin menunjukkan bahwa bisnis tidak harus berseberangan dengan nilai-nilai agama. Kapitalisme yang dibangun dengan etika agama yang kuat tidak hanya menguntungkan, tetapi juga mendatangkan kebaikan bagi semua pihak.

Dengan pendekatan ini, Muhammadiyah berusaha menumbuhkan para kapitalis yang sangat agamis, melaksanakan tanggung jawab sosial sepenuh hati, serta bermoral dan beretika tinggi.

Di sisi lain, kata Muhadjir, pembinaan birokrasi Muhammadiyah juga menjadi fokus penting. Birokrasi yang kaku tidak lagi efektif untuk merespons tuntutan zaman yang sangat dinamis. Muhammadiyah harus membangun sistem yang lebih fleksibel, inklusif, dan adaptif terhadap perubahan untuk menjaga keberlangsungan bisnis yang dijalankan.

Baca juga: Muhadjir Effendy akan Jadi Guru Besar Universitas Negeri Malang

Kepemilikan bisnis ala Muhammadiyah jadi salah satu inovasi menarik. Muhammadiyah menyadari bisnis yang sukses tidak hanya dapat dimiliki oleh pengurus organisasi, tapi juga bisa dibagi dengan warga Muhammadiyah atau mitra yang terlibat.

Muhammadiyah ingin lebih banyak orang berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, baik dalam skala individu maupun kolektif, untuk memastikan bisnis Muhammadiyah dapat berkembang secara inklusif dan berkesinambungan.

Mantan rektor UMM itu menyebutkan peluang besar hadir dalam bisnis ritel, yang diharapkan menjadi tempat distribusi utama produk-produk berkualitas dengan harga lebih terjangkau. Hal ini dicontohkan dalam pendirian toko swalayan Mentari Mart.

Peresmian toko Mentari Mart di UMM, 26 Februari 2025. Foto dok. Humas UMM

Dengan adanya toko ritel, produk dari usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) milik warga Muhammadiyah dapat lebih mudah diakses, sekaligus membuka peluang pasar lebih luas bagi pemasaran produk lokal. Tentu saja produk yang dijual harus memenuhi standar kelayakan, baik dari segi kualitas maupun kemasan.

Jika ada produk yang belum memenuhi standar, pemilik usaha wajib membina mitra usahanya agar kualitas produknya meningkat dan memenuhi standar kelayakan sehingga dapat diterima pasar.

“Kemudian kita mengontrol sendiri sirkulasi barang yang ada di Mentari Mart tanpa ada campur tangan dari pihak mana pun dan diatur oleh manajemen Muhammadiyah,” ujar Muhadjir, yang juga mantan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan atau PMK.

Baca juga: PP Muhammadiyah Resmikan Toko Swalayan Mentari Mart

Ia juga mencontohkan bisnis kesehatan, yakni infus Suryavena yang diluncurkan oleh Muhammadiyah. Produk infus ini diproduksi Muhammadiyah dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Untuk memastikan kesuksesan distribusinya, peta geospasial akan digunakan untuk mengukur kelayakan wilayah yang potensial untuk mendirikan tempat penjualan (outlet) sehingga mengurangi risiko kebangkrutan.

Dalam hal pemberdayaan, kata Muhadjir, Muhammadiyah juga memperhatikan pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda, khususnya para siswa SMK Muhammadiyah jurusan perniagaan. Mereka akan diberdayakan untuk menjadi tenaga kerja terampil di berbagai bisnis yang didirikan, seperti di outlet Mentari Mart.

“Saya mempunyai mimpi bahwa social enterprise dapat menjadi prioritas utama dalam ekonomi kita di kemudian hari, setelah BUMN (badan usaha milik negara), swasta, koperasi, dan bisnis sosial,” kata dia.

Muhammadiyah terus berupaya menciptakan perekonomian yang inklusif, berkelanjutan, dan memberikan kesejahteraan bagi warga Muhammadiyah dan masyarakat luas melalui langkah-langkah strategis tersebut.

Dengan semangat kapitalisme religius, pembenahan birokrasi, dan pemberdayaan masyarakat, Muhammadiyah bergerak untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, berkeadilan, dan penuh berkah.

Baca juga: Muhammadiyah Bantu Wujudkan Swasembada Pangan dan Melindungi Pekerja Migran Indonesia

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *