Makam Relawan Tsunami Aceh di Malang Diziarahi

PMI Kabupaten Malang
Tim penolong tiba di Calang, 6 Januari 2005. Dok. Relawan PMI Kabupaten Malang

PERAWI, Malang — Komunitas Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Malang menziarahi empat makam sukarelawan atau relawan bencana tsunami Aceh yang berada di wilayah Malang.

Ziarah kubur dilakukan pada Rabu, 25 Desember 2024. Mereka menabur bunga dan berdoa atas jasa para relawan yang bertugas dalam pelaksanaan tanggap darurat pasca-terjadinya tsunami Aceh pada 26 Desember 2004.

Juru Bicara Sukarelawan PMI Kabupaten Malang Budi Utoyo mengatakan, ziarah dimulai di makam Noeryanto dan Subagiyo, masing-masing di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Samaan dan Mergan, Kota Malang, serta makam Solikan dan Joko Prayitno, masing-masing berada di wilayah kecamatan Tajinan dan Donomulyo, Kabupaten Malang.

Menurut Budi, menziarahi makam empat relawan itu bertujuan untuk mengikat rasa persaudaraan sesama relawan dan mengenang jasa mereka selama menjalankan tugas kemanusiaan.

“Sekaligus untuk mengenang 20 tahun terjadinya bencana tsunami Aceh dan memperingati Hari Relawan PMI. Semoga amal ibadah dan kebaikan mereka diterima Tuhan,” kata Budi.

Menurut Budi, Noeryanto berperan penting dalam penyediaan biaya operasional. Ia menggunakan uang pribadi untuk belanja kebutuhan logistik selama menjalani misi kemanusiaan di Aceh.

PMI Kabupaten Malang memberangkatkan 14 relawan ke Aceh pada 29 Desember 2004 atau tiga hari setelah tsunami terjadi. Mereka menjalani misi kemanusiaan ini sebulan penuh.

Mereka menumpang Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) TNI Angkatan Laut dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya bersama para relawan dan personel militer.

Mereka membawa perbekalan bahan pangan untuk dapur umum dan peralatan medis, termasuk bahan bakar minyak, dengan menempuh perjalanan laut selama delapan hari dan tiba di Calang, Ibu Kota Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Mereka bersama tim relawan lain dan personel Angkatan Laut jadi tim penolong pertama yang mendarat di Calang.

“Kami disambut teriakan warga. ‘Pak mayat, Pak mayat’, gitu teriakan mereka,” kata Budi menirukan teriakan warga setempat yang meminta pertolongan.

Baca juga: Calang, Setelah Amuk Gelombang

Relawan PMI menurunkan jip, ambulans, dan truk bergantian. Setelah itu mereka menangani mayat-mayat yang bergeletakan. Mereka dievakuasi dan dimakamkan secara massal.

Budi mengenang, kondisi Calang saat itu sangat mengenaskan. Hampir seluruh bangunan ambruk serata tanah, hanya sebuah rumah berpilar dan menara TVRI di perbukitan yang tersisa dalam kondisi rusak parah tapi tidak sampai roboh.

“Kami mendirikan dapur umum untuk melayani korban bencana dan pertolongan pertama,” kata Budi.

Budi juga teringat seorang korban selamat yang tersangkut di atas pohon. Tangannya patah. Lantas, personel Marinir menurunkan korban dan mengirim si penyintas ke rumah sakit dengan menggunakan helikopter.

Kiprah PMI Kabupaten Malang diapresiasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lewat penghargaan khusus yang diberikan pada 26 Desember 2005. Presiden SBY juga menetapkan 26 Desember sebagai Hari Relawan PMI.

PMI juga mendapat penghargaan Medali Henry Dunant pada 11 November 2005. Penghargaan ini diterima di Seoul, Korea Selatan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *