OJK Malang Ingatkan Ibu-ibu Bahaya Pinjaman Online

OJK Malang
Kepala OKJ Malang dan peserta. Dok . OJK Malang

PERAWI, Malang — Kaum perempuan bisa berperan sebagai duta literasi dan inklusi keuangan di dalam keluarga dan komunitasnya masing-masing. Setidaknya mereka dapat memahami tentang bahaya pinjaman online atau pinjol melalui perusahaan financial technology (fintech) ilegal.

Kepala OJK Malang Biger Adzana Maghribi menyampaikan hal itu dalam acara sosialisasi bertema “Perempuan Cerdas Finansial, Masa Depan Lebih Aman” yang diadakan untuk memperingati Hari Ibu ke-96 di Hotel Aria Gajayana, Kota Malang, Jumat, 20 Desember 2024.

Menurut Biger, pelaksanaan kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan literasi dan inklusi keuangan perempuan di Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu) sehingga kaum perempuan bisa lebih bagus berperan sebagai pengelola keuangan rumah tangga dan keuangan komunitasnya.

“Kami ingin Ibu-ibu memiliki bekal literasi keuangan yang baik agar dapat mengelola keuangan lebih bagus dan bijak,” kata Biger.

Ia mengatakan, tingkat literasi dan inklusi keuangan perempuan meningkat secara signifikan. Dari hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 diketahui indeks literasi keuangan perempuan mencapai 66,75 persen dan laki-laki 64,14 persen. Lalu, untuk indeks inklusi keuangan perempuan mencapai 76,08 persen dan pria 73,97 persen.

Dari hasil survei itu diketahui 27 persen perempuan yang sudah menikah memegang penuh kendali keuangan keluarga; 50 persen perempuan yang sudah menikah tidak yakin atas keputusan finansial yang diambil, dan ada 62 persen perempuan yang sudah menikah kebingungan mengarahkan keuangan.

Dapat disimpulkan dari hasil SNLIK bahwa kaum perempuan berposisi sentral menjaga stabilitas finansial keluarga. Sebagai contoh, kuatnya peran wanita di garda terdepan bisa mencegah morat-maritnya keuangan keluarga akibat pinjol dan judi online (judol).

Sejak Januari hingga 30 November 2024, OJK Malang menerima 1.547 pengaduan dari masyarakat. Sekitar 44 persen atau 680 pengaduan disampaikan perempuan.

“Ada 209 pengaduan terkait pinjol. Makanya, suami istri harus kompak dan hati-hati dalam hal mengelola keuangan keluarga,” kata Biger.

Baca juga: Peringatan Hari Bela Negara dan Hari Ibu Bukan Sekadar Agenda Seremonial Tahunan

Dalam konteks itu, Biger mengingatkan, agar ibu-ibu memperhatikan perizinan akses fitur handphone saat menggunakan jasa fintech. Fintech legal hanya dibenarkan mengakses kamera, mikrofon, dan lokasi konsumen. Sebaliknya, fintech ilegal minta akses ke seluruh data di telepon genggam milik konsumen.

Selain itu, perusahaan fintech legal dilarang menyampaikan penawaran produk pinjaman lewat jalur pribadi. Penagihannya juga harus lewat pegawai yang sudah bersertifikat Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI). Sementara untuk fintech ilegal penawaran produk pinjaman melalui jalur pribadi tanpa izin dan penagihan dilakukan orang yang tidak tersertifikasi AFPI.

Karena itu, Biger menekankan, OJK Malang tidak hanya memberikan edukasi literasi keuangan kepada kaum perempuan, tapi juga bagi para lelaki. Ia berharap kepada kaum perempuan dan pria bisa sama-sama berperan dalam hal pengelolaan keuangan rumah tangga.

“Kami optimis,” kata Biger, “dengan edukasi ini Ibu-ibu dapat membantu mencegah penyebaran praktik keuangan ilegal. Edukasi keuangan ini harus terus berkelanjutan.”

Biger mengaku OJK Malang belum punya data spesifik tentang perempuan yang terlibat dalam kasus pinjol. Namun ia yakin ada perempuan yang kena kasus pinjol, tapi datanya belum rinci diidentifikasi.

Kegiatan sosialisasi itu menjadi agenda rutin OJK untuk pelbagai kalangan. Selain komunitas perempuan, sosialisasi juga menyasar pelajar dan mahasiswa, dengan harapan semua kelompok masyarakat mempunyai pemahaman yang sama soal pengelolaan keuangan.

Ke depan, OJK berencana memperluas fokus edukasi ke pasar modal, termasuk program khusus untuk perempuan agar kaum perempuan lebih percaya diri dan mampu menghadapi tantangan ekonomi hingga meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Baca juga: Bank Indonesia: Transaksi QRIS Meningkat, Penggunaan Kartu ATM Debit Menurun

Arumi Bachsin, istri Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, turut hadir dalam acara itu. Dia berbagi pengalaman mengenai pengelolaan keuangan. Kata dia, ibu berperan penting sebagai pengatur keuangan keluarga. Pengelolaan yang baik dapat membantu keluarga menghadapi situasi ekonomi yang labil.

“Kita sebagai ibu-ibu harus pintar mengatur keuangan suami di keluarga. Saya menyarankan ibu-ibu untuk berinvestasi saat kondisi keuangan stabil, seperti investasi lewat emas. Ini kan bisa jadi dana cadangan. Kalau besok pas lagi butuh uang, ya emasnya bisa dijual, kan sudah ada untungnya,” kata Arumi.

Menurut Arumi, perempuan yang paham finansial bisa memberikan pengaruh positif bagi suami dan anak-anak. Hal ini pun bisa jadi modal penting bagi keluarga untuk menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.

Kegiatan sosialisasi itu diikuti oleh Ikatan Istri Pegawai OJK, Ikatan Wanita Bank, Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Malang, Bagian PKK Polisi Republik Indonesia, Persatuan Istri Tentara Kartika Chandra Kirana (Persit KCK), Persatuan Istri Anggota TNI Angkatan Udara (PIA) Ardhya Garini, organisasi wanita peradilan Dharmayukti Karini, Aisyiyah Muhammadiyah, dan Muslimat Nahdlatul Ulama.

Selain Biger dan Arumi, tampil juga Aditya Permana selaku fasilitator dari Mandiri University.

 

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *