Universitas Brawijaya Malang Kembangkan Teknologi Pemantau Perubahan Iklim dan Mitigasi Bencana

PERAWI, Malang — Universitas Brawijaya Malang sedang mengembangkan sistem teknologi bernama Sistem Akuisisi Data Magnetik atau Magnetic Data Acquisition System (Magdas) di kawasan wisata pemandian air panas Cangar, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.
Pakar mitigasi bencana UB Profesor Sukir Maryanto mengatakan, Magdas merupakan sistem teknologi untuk pemantauan perubahan iklim (climate change) dan mitigasi bencana yang pertama kali dikembangkan oleh Pusat Penelitian Internasional untuk Antariksa dan Sains Lingkungan Planet atau International Research Center for Space and Planetary Environmental Science (i-SPES) Universits Kyushu, Jepang.
Sistem itu kemudian dikembangkan menjadi proyek kerja sama strategis dengan beberapa negara, termasuk Indonesia. Saat ini, i-SPES menjalin kerja sama dengan Universitas Brawijaya serta Institut Riset Astronomi dan Geofisika Nasional (National Research Institute of Astronomy and Geophysics) Mesir, serta Badan Antariksa Malaysia (Malaysian Space Agency).
Kerja sama itu menguatkan posisi Universitas Brawijaya sebagai pusat penelitian dan pengembangan teknologi canggih mitigasi bencana. Pengembangan Magdas juga membuktikan komitmen UB dalam pengembangan teknologi yang berguna bagi manusia dan lingkungan.
“Stasiun Magdas di Cangar difokuskan untuk mitigasi gempa tektonik dan vulkanik. Pengembangan Magdas terintegrasi dengan jaringan global, memperkuat penelitian dan kolaborasi internasional. Kolaborasi ini kami mulai Maret lalu,” kata Sukir, Kamis, 26 Desember 2024.
Sukir Maryanto tercatat sebagai Guru Besar Bidang Vulkanologi dan Geotermal Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Brawijaya.
Baca juga: Banteng Jawa Kembali Menghuni Cagar Alam Pananjung
Menurut Sukir, UB memasang dua alat sensor magnetometer induksi di Stasiun Cangar, Magnetometer Fluxgate 3D dan sensor seismik. Fungsi utama kedua alat ini adalah untuk pendeteksian dini gempa tektonik dan vulkanik.
Data yang diperoleh dipelajari intensif untuk mengembangkan ilmu yang menghubungkan fenomena di Bumi dan angkasa, yang hasilnya dapat membantu memprediksi dan mitigasi bencana alam sehingga meningkatkan keselamatan masyarakat.
“Rencananya, Maret tahun depan akan dipasang alat sensor magnetometer induksi dari Nagoya City University (Universitas Kota Nagoya), Jepang,” ujar Sukir.
Kerja sama tersebut pun membuka peluang bagi mahasiswa UB yang ingin mengembangkan kemampuan riset dan kolaborasi internasional. Saat ini, mahasiswa S2 dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terlibat dalam proyek yang dipimpin Sukir.
One Comment