Wisata Gunung Bromo Ditutup Selama Dua Hari untuk Hormati Wulan Kapitu

Gunung Bromo
Suasana sepi Kaldera Bromo pada hari pertama pembukaan wisata Gunung Bromo di masa pandemi Covid-19, Jumat, 28 Agustus 2020. PERAWI/Abdi Purmono

PERAWI, Malang — Kawasan wisata Gunung Bromo akan ditutup pada 27-28 Januari 2025. Penutupan bertujuan untuk menghormati adat dan budaya masyarakat Tengger yang merayakan ritual wulan kapitu agar pelaksanaannya berlangsung khidmat.

Rencana penutupan Gunung Bromo di akhir Januari tahun ini diumumkan oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) melalui surat bernomor P.1/T.8/TU/KSA.5.1/B/01/2025 tentang Pembatasan Kunjungan Wisata Alam dan Kegiatan Masyarakat pada Wulan Kapitu 2025. Surat pengumuman bertanggal 3 Januari 2025 ini ditandatangani Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha.

Rudijanta mengatakan, selama masa penutupan dua hari, seluruh wisatawan dan kendaraan bermotor dilarang memasuki atau melintasi Laut Pasir Gunung Bromo atau Kaldera Tengger kecuali ada kondisi darurat.

“Penutupan kami lakukan untuk menghormati adat dan budaya Tengger yang sedang menjalankan ritual puasa mutih selama sebulan penuh. Kecuali ada kedaruratan atau emergency, ya masih diperbolehkan lewat,” kata Rudijanta, Sabtu, 4 Januari 2025.

Sebelumnya, 29-30 Desember 2024, Balai Besar TNBTS juga menutup kegiatan wisata Gunung Bromo seturut awal rangkaian kegiatan wulan kapitu masyarakat Tengger.

Rencana menutup kawasan wisata Gunung Bromo pada akhir Desember 2024 dan 27-28 Januari 2025 diputuskan dalam rapat koordinasi para pemangku kebijakan pada 7 Desember 2024. Rapat dihadiri Balai Besar TNBTS, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo, kepolisian, dan pelaku jasa wisata.

Menurut Rudijanta, kawasan Laut Pasir Bromo ditutup pada akhir wulan kapitu bersamaan dengan momen masyarakat Tengger melaksanakan megeng atau pati geni (mati api), tepatnya tanggal 27 Januari mulai pukul tiga sore sampai 28 Januari pukul 23.59 WIB. Kawasan Kaldera Tengger dibuka lagi pada 29 Januari mulai pukul 01.00 WIB.

Selama masa penutupan, akses kendaraan bermotor dari arah Pasuruan dibatasi hanya sampai pintu masuk Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari. Kendaraan dari arah Malang dan Lumajang cuma boleh masuk sampai Pos Jemplang di Dusun Ngadas, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Sedangkan kendaraan dari arah Probolinggo hanya boleh sampai pintu masuk Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo.

Namun, kawasan wisata Ranu Regulo di Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, tetap dibuka. Ranu Regulo bersebelahan dengan Ranupani—kata ranu berasal dari bahasa Jawa khas Lumajang yang berarti danau—dan kedua telaga berada di lereng Gunung Semeru. Artinya, wisatawan masih punya pilihan destinasi wisata di dalam kawasan TNBTS selain Bromo selama masa penutupan.

Baca juga: Libur Nataru, Kuota Wisatawan Gunung Bromo Ditambah 1.000 Orang per Hari

Rudijanta menegaskan tradisi wulan kapitu merupakan warisan budaya yang bukan hanya untuk melestarikan adat, tapi juga jadi cerminan keharmonisan relasi antara manusia dan alam. Ia menekankan, “Mohon rencana penutupan ini menjadi perhatian dan dilaksanakan oleh masyarakat, pengunjung, pelaku jasa wisata, dan pihak-pihak terkait lainnya,” ujar Rudijanta.

Mengenal Tradisi Wulan Kapitu 

Wulan kapitu bermakna bulan ketujuh dalam kalender Jawa. Inilah bulan yang jadi momen penting bagi masyarakat Tengger untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, menjaga keharmonian dengan alam, melalui serangkaian ritual.

Masyarakat Tengger dikenal sebagai penjaga tradisi dan kegiatan keagamaan yang berpusat di Gunung Bromo. Gunungapi setinggi 2.329 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini dipercaya masyarakat Tengger sebagai perwujudan Dewa Brahma sehingga Gunung Bromo disucikan atau disakralkan oleh mereka.

Puncak wulan kapitu dimulai hari Minggu, 29 Desember 2024 pukul 18.00 WIB dan berlangsung hingga Senin, 30 Desember 2024, pukul 18.00 WIB.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bambang Suprapto mengatakan, kawasan wisata Gunung Bromo dan sekitarnya, termasuk padang rumput atau sabana Lembah Watangan—dikenal sebagai Bukit Teletubbies—dan Mentigen akan disterilkan dari kendaraan bermotor.

“Pada awal dan akhir wulan kapitu kami melaksanakan tapabrata (semacam meditasi total tanpa tidur), termasuk puasa mutih, yang membutuhkan ketenangan,” kata Bambang Suprapto, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Paruman Dukun Pandita Tengger.

Baca juga: Kabar Gembira, Pendakian Gunung Semeru Dibuka Lagi

Puasa mutih menjadi inti tradisi wulan kapitu. Pelaku puasa mutih berpantang mengonsumsi gula, garam dan makanan yang menggugah nafsu duniawi. Mereka cuma boleh mengonsumsi nasi dan air putih tanpa lauk apa pun.

Selama pelaksanaan tradisi wulan kapitu, 29-30 Desember 2024, warga dilarang menyalakan lampu dan keluar rumah atau berjalan-jalan di ruang terbuka. Begitu pula pada puncak wulan kapitu 27-28 Januari 2025.

Secara umum, selama pelaksanaan ibadah wulan kapitu, masyarakat serta pengelola penginapan dan restoran, diimbau tidak mengadakan pertunjukkan, menyalakan alat musik dan pengeras suara, atau melakukan perbuatan yang bisa menimbulkan keramaian. 

“Itu yang dimaksud megeng atau pati geni. Mirip dengan perayaan Nyepi di Bali, tapi dengan istilah dan waktu yang berbeda. Selama wulan kapitu, warga juga menjalankan puasa mutih, ujar Bambang.

Kegiatan di kawasan wisata Bromo boleh aktif kembali seusai pelaksanaan ritual megeng. Namun kegiatannya diharapkan jangan sampai menimbulkan keramaian maupun kegaduhan.

COPYRIGHT © PERAWI.CO 2025

 

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *